Translate

Copyright © 2014 News Magazine Theme. Designed by Ang Li-JASON. Powered by Blogger.
Home » » HEAVY METAL vs DEWAN SENATOR KONGRES P.M.R.C AMERIKA

HEAVY METAL vs DEWAN SENATOR KONGRES P.M.R.C AMERIKA

DEE SNIDER : Jadilah ancaman bagi orang yang berbahaya





"Bagi sebagian orang tua pada dekade tahun 80-an, Dee Snider dari band Twisted Sister adalah orang paling berbahaya di planet ini. Ini terjadi di kala musik Metal di serang secara terorganisir untuk kali pertama dengan dalih musiknya dianggap ofensif oleh Parents Music Resource Center [PMRC]". (Sammuel Dunn - Metal : A Headbanger's Journey)




Bila anda gemar membeli album CD musik major Amerika apapun genrenya, ada kalanya pada sampul depan CD di beri label hitam putih yang bertuliskan "Parental Advisory Explicit Content/Lyrics". Label tersebut disematkan bertujuan untuk memperingatkan para orang tua agar dapat mengontrol musik yang didengarkan remaja dibawah umur. Sebuah langkah pencegahan agar anak-anak lebih baik tidak mendengar lagu dewasa yang belum saatnya di dengar. Semua itu berawal dari komite penyensoran Parents Music Resource Center yang dibentuk pada tahun 1985 oleh orang-orang kelas atas seperti Tipper Gore (Ibu wakil kepala negara), Susan Baker ( Istri menteri keuangan), dan Sally Neviu (istri Dewan pimpinan kota Washington).

Pada saat itu PMRC memiliki kewenangan absolut untuk menyortir lagu dari industri musik yang mereka anggap tidak objectionable untuk dinikmati khalayak luas. Mereka mendata 15 lagu yang dinilai mengandung unsur Sex, Kekerasan, Bahasa kasar, Takhayul, dan isu narkoba/alkohol. Selain nama Twisted Sister dengan lagunya yang berjudul "We're Not Gonna Take It", dalam daftar yang dijuluki "Filthy Fifteen" tersebut terdapat band-band metal dengan nama besar lainya hingga penyanyi Pop populer. Akan tetapi dalam kongres resmi yang mereka gelar hanya Dee Snider yang mereka panggil.


 SNIDER: HELLYEAH, BERIKAN BENDERA PERANGNYA, LET'S GO!

Dee Snider dalam kongres yang menyempatkan diri untuk nyengir ke kamera

Aliran musik Glam Metal memang sudah lama tenggelam, namun Dee Snider adalah seorang ikon dari band Twisted Sister yang kisahnya sayang untuk dilupakan. 30 tahun yang lalu, seperti yang tertera sebelumnya bila band Twisted Sister di buat terusik oleh blacklist yang dilakukan lembaga penyensoran Amerika (PMRC). Blacklist tersebut ditujukan dengan alasan lirik lagu mereka dianggap terlalu Vulgar serta menyuguhkan unsur kekerasan.

Dee Snider sebagai frontman sekaligus vokalis yang mewakili Twisted Sister dipanggil dewan senat untuk memberikan kesaksian. Panggilan tersebut membuat Snider merasa terhina karena karyanya telah di jadikan kambing hitam. Ia menganggap para dewan telah meremehkanya hingga titik terendah, sehingga ia memenuhi panggilan tersebut untuk membela diri sekaligus melakukan serangan balik. Berikut adalah transkrip percakapan saat Snider di interview oleh Samm Dunn pada film dokumenter Metal : A Headbanger's Journey.

"Ada yang memberitahu kami bahwa Dewan Senat mengadakan sesi jejak pendapat perihal penyensoran dengan lembaga sensor dan menginginkanku hadir dan berbicara. Yang ada di pikiranku saat mendengar hal tersebut adalah mereka mengaharapkanku membawa bendera perang. Aku tahu mereka seperti orang lain yang menganggap remeh diriku, hanya menganggapku sebagai Rocker tong kosong. Mereka ingin membuatku seperti idiot dan memaksaku membantu perjuangan mereka". 
"Mereka tak tahu bahwa aku bisa merangkai kalimat serta bicara bahasa Inggris dengan fasih. Aku hadir dengan kaos oblong, celana ketat, sepatu bot kulit ular, sedikit celak mata dan rambut gondrongku. Aku tidak berpakaian formal, aku dekil dan aku bangga. Aku mainkan orang-orang ini yang dikondisikan untuk dihabisi. Hal yang ingin kubicarakan ada di kantong belakangku yang sudah kusiapkan selama beberapa minggu. Diasah dan disempurnakan hingga menjadi sebuah senjata nuklir. 
Aku porak-porandakan semua yang mereka tuduhkan, membuktikan kebalikanya, melewati bayangan keraguan. Segala yang mereka tuduhkan menjadi salah dan keliru. Mereka jadi kacau balau, dan Al Gore hampir melompat ke atas meja".

Dari apa yang dialami Snider, kalimat konstan "Don't judge people by their appearance/ Don't judge book by cover" yang selalu mencuat dari mulut orang-orang terlihat jelas berlaku. Meskipun di panggung musik Snider adalah orang liar yang berpenampilan asal-asalan, dia mampu memberi skak-mat untuk orang-orang berjas yang berkedudukan serta terpandang. Sudah sepatutya kita respek padanya.



SERANGAN BESAR-BESARAN GELOMBANG KE-2 DARI NAMA-NAMA BESAR


- Tiga tahun setelahnya tepatnya ditahun 1987 band NOFX menyerang PMRC dengan merilis Extended Play yang berjudul The "P.M.R.C. Can Suck on This".

-Band Danzig dengan lagunya di tahun 1988 berjudul "Mother" menjadi lagu deklarasi perang kepada PMRC terbaik hingga saat ini.

-Band Megadeth menyusul dengan menciptakan lagu "Hook In Mouth" lewat album "So Far, So Good... So What!(1988)" yang dikreasikan dengan nada satyr untuk menyerang PMRC.

-Band Anthrax menulis lagu "Startin' Up A Posse" pada album "Attack of the Killer B's" yang rilis tahun 1991. Lagu ini di sematkan untuk menyerang salah seorang anggota PMRC.

-Pada 18 Juli 1993 band [RATM] Rage Against The Machine melakukan parodi theaterikal untuk memprotes PMRC di acara musik tahunan non-profit, festival Lollapalooza III. Mereka melakukan aksinya dengan berdiri telanjang, membungkam mulut mereka sendiri dengan lakban, serta menuliskan huruf PMRC di dada mereka. Tidak sampai disitu, mereka menggunakan waktu untuk tampil selama 14 menit dengan tanpa memainkan lagu apapun. Hanya terdengar suara yang dikeluarkan dari audio feedback dan Gitar. Akhirnya band kemudian memainkan pertunjukan gratis untuk fans mereka yang mulai lapar, just kidding, mulai kecewa.

- Band Electro-Industrial Metal asal Jerman [KMFDM] Kein Mehrheit Für Die Mitleid (no pity for the majority) menyemprot PMRC dengan mempersembahkan lagu berjudul "Sucks" dari album "Angst" tahun 1993.

-Ice-T, seorang aktor sekaligus rapper yang terinfluence Hip Metal-Crossover dalam gaya bermusiknya, meluncurkan album "The Iceberg/Freedom of Speech...Just Watch What You Say" ditahun 1989 yang berisi segudang kritikan pedas untuk PMRC dan Tipper Gore. Dia bahkan mengutuk  CIA, LAPD, FBI sampai George H. W. Bush. Saya jamin anda akan ngakak bila menyimak lirik lagunya yang berjudul "Freedom of Speech".

-Tak kalah lucunya, di tahun 1990 seorang komposer musik orkestra satirist bernama Profesor Peter Schickele lewat albumnya "Oedipus Tex and Other Choral Calamities" melampirkan kalimat label PMRC pada sampul album yang diplesetkan menjadi; "Pathetic Advisory: Inane Lyrics -warning label".

-Pada tahun 2001, band Punk-Rock legendaris Amerika berbasis Underground, Dead Kennedys, melakukan konser untuk live album mereka yang berjudul Mutiny on the Bay. Dalam konser tersebut vokalis Jello Biafra lewat orasinya menyatakan kalimat ejekan untuk PMRC. Aksi jenaka yang ekstrim mereka suguhkan pada album Frankenchrist. Mereka menyisipkan stiker lukisan bergambar kemaluan karya pelukis Swiss H.R Giger pada cover albumnya. Striker tersebut dijadikan sebuah parodi yang berbunyi: "WARNING: The inside fold out to this record cover is a work of art by H.R. Giger that some people may find shocking, repulsive or offensive. Life can sometimes be that way."



RESPON: PERANG TIDAK BERAKHIR BILA PERAJURIT TERAKHIR BELUM TERKUBUR


Kini pemburu balik diburu. Sampai sekarang masih banyak penggemar musik Heavy metal yang membenci Tipper Gore beserta komplotanya dan menganggap label PMRC hanyalah sebatas a load of crappy bullshit. Tipper Gore di nilai hanya ingin meraup keuntungan dari lembaga yang di kemudikanya, serta memanfaatkanya untuk kepentingan politik semata. Meskipun suaminya Albert Gore Jr. merupakan pengusaha sukses, pernah menerima nobel perdamaian, dan pernah menjabat sebagai wakil presiden Amerika ke-45, para penggemar musik lebih menghormati Dee Snider dan menganggapnya sebagai pahlawan.

Selama karirnya, selain berprofesi sebagai musisi sekaligus penulis lagu, Dee snider yang sudah menginjak umur 59 tahun telah menyibukkan diri dengan berkiprah sebagai aktor, pembawa acara, pengisi suara, penulis screenplay, pembicara serta mengelola stasiun radio dan televisi pribadi.

Lagu hits karyanya yang berjudul "We're not gonna take it" yang di blacklist PMRC telah di cover ulang oleh banyak musisi ke dalam versi dan bahasa yang berbeda-beda. Terhitung sampai saat ini sudah lebih dari 30 band/musisi dari berbagai negara juga bervariasi genre yang meng-covernya. Lagu ini pernah digunakan untuk kampanye oleh kandidat cawapres dari partai Republik, Paul Ryan, saat pemilu Amerika tahun 2012, namun Snider meminta menghentikanya karena ia tidak mendukung kandidat tersebut.

Kejadian yang berdampak besar bagi perindustrian musik ini di abadikan ke dalam film berjudul "Warning : Parental Advisory" (2002). Film besutan sutradara Mark Waters ini dibintangi oleh Dee Snider (berperan sebagai dirinya sendiri), Jason Priestley sebagai Charlie Berner, Griffin Dunn sebagai Frank Zappa, dan Mariel Hemingway sebagai Tipper Gore. Seluruh scene dan transkrip dalam film di buat serupa mungkin dengan kejadian saat Snider di sidang oleh PMRC. Lihat trailer filmnya di sini.

“Most of my songs were about believing in yourself, standing up for yourself and fighting for what you believe in”. (Dee Snider)

Dee Snider's family sebelum perform dalam acara "Van Helsing's Curse (Gothic rock opera)" di Hardrock Hotel & Casino, Las Vegas, tahun 2006 Silam. Dari kiri ke kanan; , Cody Snider, Shane Snider,Dee Snider, Suzette, Jesse Blaze Snider, Cheyenne Snider (putri paling kecil).


Source :
metal :a headbanger's journey
discosyconciertos.wordpress.com
en.wikipedia.org
wiki.answers.com
www.neatorama.com
ultimateclassicrock.com
dragonemusic.wordpress.com
www.ar15.com
demolishmag.wordpress.com
Comments
0 Comments