Translate

Copyright © 2014 News Magazine Theme. Designed by Ang Li-JASON. Powered by Blogger.

Refleksi Lirikal dari December Flower, IN FLAMES

"Kami adalah penggelora jiwa. Terarah menuju lapisan langit yang padam. Kami adalah penggelar karya sekaligus tekstur yang mengubah wajah bumi" (In Flames - December Flower)

Ilustrasi December Flower via Tattoo. Img Source: Angli-Vs-jason.Blogspot

Refleksi ini merupakan bentuk catatan panjang lebar yang dipadatkan dari apa yang saya rasakan saat mendengar lagu berjudul December Flower. Sebuah tembang yang datang dari band ber-genre melodic death metal legendaris asal Swedia, In Flames.

December Flower merupakan track dari studio album Jester Race yang rilis di tahun 1996 lalu. Lagu ini memang sudah dikalahkan oleh usia — namun dengan gaya musik Gothenburg metal khas negara Skandinavia yang menyuguhkan dual lead gitar — membuatnya tetap terasa asik tanpa bisa diganggu gugat oleh pergantian era. 

Kisah dari sebuah bunga adalah salah satu yang nampak jelas pada lirik lagu ini. Berdasarkan budaya barat, December flower disebut juga sebagai bunga Poinsettia, yang mana bunga tersebut bermakna "engkaulah satu-satunya yang istimewa". Bunga jenis ini juga merupakan simbol dari sifat manis ,ketulusan, keajaiban, rasa mengagumi diri sendiri, dan kesombongan. 

Banyak species tanaman dalam genus Euphorbia sangat beracun, poinsettia ini termasuk dalam genus tersebut.  Getahnya yang putih kental  bisa mengakibatkan iritasi pada mata dan kulit. Namun untuk hal tersebut, bunga poinsettia tidak bisa dikategorikan sebagai tanaman beracun karena hanya mengakibatkan iritasi dan bukan kematian.

Lagu ini menggambarkan siklus ironi kehidupan bunga Poinsettia yang hanya tumbuh sesaat pada sebuah musim dingin yang ganas. Desember sendiri merupakan bulan dimana salju turun dengan lebat dan bunga ini bisa hidup. Ia seperti dipermainkan; “menampakkan diri sesaat lalu tertidur hingga akhir tahun”. Sedangkan cengkraman akarnya selalu menancap erat ke tanah agar ia tak tersentuh kebekuan. Bunga ini terlalu naif untuk memperjuangkan hidupnya. Padahal ia seperti apapun hanya akan mampu hidup selama 5-20 hari saja. Seperti takdir yang harus ia jalani. Sebuah hal yang tak mungkin bisa ia sangkal. Saat kembali tertidur untuk menanti snowflake dan musim dingin berikutnya, ia hanya menyisakan akar. Sedangkan batang, dedaunan, dan bunganya yang mempesona akan terbangkaikan begitu saja.

Namun dilain sisi, kisah hidupnya amatlah heroik karena mencerminkan keceriaan dan keriangan. Orang barat menjadikan bunga ini sebagai sebuah penanda perayaan Desember yang penuh kegembiraan. Ia pergi jauh menunggu restorasi, lalu berpulang menuju tempat peristirahatan yang sama dimana ia berpijak. Menanti langit memuntahkan butiran putih yang berserakan pada batu pualam, dan ia akan dibangkitkan. Vice versa paradoks kehidupan. Saat keadaan sekitar muram, ia justru hanya satu dari beberapa yang mampu menyala. 

"Puspa permata fana,  kesetiaanmu setara dengan kematian    
Putih dan abu-abu yang merujuk pada hiasan batu nisan 
Sedang hijau maya menjelma warna kepergianmu  
Kau tawarkan repetisi dan hanya dapat dinikmati pada galeri yang menyungsum dan berjarak 
Kau nyalakan sendiri rupa warna indahmu dalam kebekuan 
Dan kau juga adalah nyala api 
Merah hati, gelora jiwa dan dwi warna yang menjembatani berpendarnya keadaan  
Musim adalah panggilan untukmu berperan, yang akan senantiasa melukismu dalam wujud serupa 
Dengan satuan warna setengah tak rata, senada, yang terasa tak pernah putus"(Ang)


Ragam Festival Musik Heavy Metal Skala Internasional

Festival musik metal level mancanegara selalu menjadi magnet yang mampu mengikat metalhead dari beragam bangsa, bahasa dan budaya ke dalam satu tenda. Mengumpulkan yang terpencar untuk saling berdesakan dalam satu kesempatan dan menatap satu panggung yang sama. Dengan ciri khas suasana outdoor atau open air, festival menyajikan aksi dari lusinan band keren yang selalu mengukir kepuasan. Para musisi menunjukan etos, skill dan idealisme bermusik mereka dihadapan pekikan hingar-bingar ribuan penggemar yang memadati stage. Sebagai rujukan, berikut ini adalah jenis festival metal populer dari berbagai negara yang keagungan eksistensinya masih diakui.

Festival, pestanya rakyat penggemar musik. Img Source: Koleksi pribadi



HAMMERSONIC (Jakarta - Indonesia)

Festival musik metal berskala internasional yang berbasis di ibukota Indonesia (Jakarta) ini merupakan perhelatan akbar yang terbesar di seantero Asia Tenggara. Dipromotori oleh Revision Live Entertainment, tak kurang dari 20.000 metalhead yang berpartisipasi pada setiap kesempatanya. Bahkan para penontonya-pun juga ada yang berasal dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia.

Selain menjadi sarana hiburan yang potensial, festival ini juga menjadi ajang komparasi pembuktian oleh para penggiat musik metal lokal. Walau mendatangkan headliner band asing ternama, namun band lokal dengan skill yang tak kalah hebat tetap menjadi daya tarik tersendiri. Keberagaman agama dan kekayaan budaya dangat dijunjung tinggi di sini, contoh kecilnya seperti ketentuan break maghrib 30 menit dari pihak penyelanggara yang diperuntukkan bagi metalhead muslim untuk sembahyang.

Meskipun antusiasme terhadap tipikal musik keras tak pernah surut, komunitas metal di Indonesia kurang begitu dianggap serius oleh khalayak luas. Bahkan portal berita Jerman DW menyebut musik Indonesia sebagai harta karun yang hilang karena pengelolaanya yang belum maksimal. Namun Hammersonic, sesuai namanya, mampu menyuguhkan pukulan genderang perang yang bertalu-talu ke hadapan penggemar musik metal melalui sound ribuan megawatt yang dipertontonkan.

Hammersonic dengan latar langit keabuan yang mempesona. Img source: Buittenzorg




SOUNDWAVE (Australia)

Soundwave adalah ujung tombak negeri kanguru dalam hal pagelaran akbar musik metal. Festival ini dijalankan dan dipromosikan oleh Soundwave Touring, yang juga menjalankan Harvest Festival dan mempromosikan serta memfasilitasi tur untuk band dan musisi setiap tahunya.

Untuk menjamin kepuasan pengunjungnya, pihak promotor menyediakan instalasi khusus berupa 'Comfort Zone' untuk keperluan relaksasi. Setelah lelah berjibaku dengan alunan musik yang brutal dan menggelegar, metalhead dimanjakan dengan jasa pijat massage, kopi dengan kualitas bagus dan kue, juga beragam wine.

Namun beredar rumor apabila Soundwave di tahun 2016 terancam gagal terlaksana lantaran carut-marut masalah finansial. Melalui akun Twitter resmi sang manajemen, AJ Maddah, menyatakan jika pembatalan didasari oleh siklus penjualan tiket yang buruk.

Andai kata suku Aborigin (suku pedalaman Australia) turun gunung dan ikut serta, mungkin Soundwave akan lebih bisa mendunia. Hehe, just kidding. Img Source:  Adelaide now



ROCK IN RIO (Brazil/ Amerika Latin)

Festival terbesar di daratan Amerika ini telah ada semenjak tiga puluh tahun yang lalu. Bermula saat seorang enterpreneur muda bernama Medina yang dengan gigih menyakinkan para band untuk tampil. Saat itu banyak band yang enggan manggung karena situasi keamanan di Brazil yang sangat buruk: perkelahian geng, riot, tindak kriminal dijalanan, bentrokan, dan sebagainya. Namun isu pergolakan politik dan ekonomi telah berhasil menjadi alasan terbaik Medina untuk menciptakan sebuah pagelaran bagi generasi muda Brazil.

Hingga akhirnya nama legendaris seperti Ozzy Osbourne, Queen, AC/DC, dan Iron Maiden menapakkan kaki untuk kali pertama di Brazil. Setelah jatuhnya kekuasaan rezim militer di tahun 1985, Rock In Rio telah menjadi fenomena budaya. Mencatatkan diri sebagai festival musik raksasa sejagat dengan jumlah penonton diperkirakan mencapai 1,38 milyar, lima kali lipat lebih besar dibanding dengan Woodstock. Bahkan penjualan tiketnya terjual 600,000 lembar hanya dalam kurun waktu satu jam saja.

Rock in Rio telah berevolusi menjadi festival musik heavy metal modern, membangkitkan passion serta energi kepada para penikmat musik dengan narasi panggung super atraktif, sekaligus ditunjang dengan infrastruktur kelas dunia.
Beautiful, fantastico, gambaran mengenai Rock in Rio yang berlangsung 2015 lalu. Img Source: Flickr



ROSKILDE (Roskilde - Denmark/ Skandinavia)

Roskilde adalah hajat tahunan metal terbesar di daratan Skandinavia yang berlokasi di utara Denmark. Setiap tahunya, 100.000 turis dari Eropa Utara, Jerman, Australia, dan Britania mengisi lahan seluas 80 hektar di Roskilde untuk menyaksikan penampilan band kesayangan mereka.

Untuk memanjakan metalhead, panitia festival menyediakan beragam fasilitas hiburan alternatif seperti tempat menonton sinema, hingga tempat untuk berenag dan ber-skate ria. Perihal makanan, di Roskilde menyajikan bahan konsumsi organik karena masyarakat Denmark yang kebanyakan vegetarian. Namun juga dapat ditemui kuliner khas Skandinavia lainya yang dijajakan panitia dengan harga yang relatif murah.

Ribuan pengunjung yang berkemah di sekitar area festival untuk menunggu headliner tampil, disarankan untuk membawa bendera yang menjulang tinggi. Fungsi bendera tersebut adalah untuk memudahkan grup pengunjung yang terpisah dari kelompoknya agar tidak mudah tersesat. Melihat beragam bendera menari di udara menjadi aktifitas menyenangkan tatkala metalhead tengah beristirahat.

Namun di negara ini Fasisme masih menjadi persoalan yang tidak ada ujungnya. Danish (sebutan untuk orang Denmark) merupakan penduduk keturunan ras White murni dengan ciri mata biru, berkulit putih, postur tinggi, dan rambut blonde. Isu mengenai rasisme di negara ini kerap muncul ke permukaan, jadi bila fisik anda kontras dengan mereka, tidak menutup kemungkinan anda akan mendapat kesan kurang mengenakan.

Pada tahun 2000 lalu juga terjadi bencana saat band Pearl Jam manggung di Roskilde. Sembilan orang dinyatakan tewas dan duapuluh satu orang terluka akibat insiden "crowd surfing". Kebanyakan dari mereka terinjak oleh metalhead lain tanpa sengaja dan diperburuk dengan tim keamanan yang bergerak lamban untuk menangani korban.

Konon,  rakyat Skandinavia merupakan penduduk paling bahagia sedunia menurut berbagai lembaga survei . Di sini anda dapat menemui gadis metalhead secantik Elf  yang tahu banyak tentang apa itu menikmati hidup. Img Source: Flickr



DOWNLOAD (Leicestershire - Inggris/ Britania Raya)

Festival ini diadakan di salah satu tempat dimana seni dan musik sangat dijunjung tinggi, ya, Inggris. Mengambil markas di Leicestershire, Download festival mengukuhkan diri sebagai satu-satunya festival metal terbesar di daratan Britania. Perhelatan ini menjadi sarana berkumpulnya metalhead yang didominasi oleh pengunjung dari Inggris, Skotlandia, Irlandia Utara, Republik Irlandia, dan Wales.

Diadakan pada musim panas, festival kelas dunia ini menawarkan keunikanya yang eksklusif, seperti gathering forum penggemar metal untuk melakukan jejak -pendapat. Ada pula turnamen sepak bola dan acara kuis yang diberlangsukan di kedai minuman di area festival. Seperti kebanyakan, Download menyediakan segala kebutuhan metalhead dengan pengelolaan yang sangat baik.

Dari sisi historis, salah satu alasan festival ini dinamakan Download adalah karena "men-Download" merupakan kata kotor yang menodai sekaligus menciderai industri musik. Terdapat juga sebuah maskot official provokatif yang diberi nama "Download Dog", yang tertera disetiap lembar tiket, banner panggung, dan merchandise. (Baca juga "Kepolisian Inggris Memata - Matai Download Festival Dengan Kamera Berteknologi Biometrik")

Jujur, rasional, penuh perhatian, baik budi, dan berjiwa seni tinggi, adalah sifat khas mayoritas orang Inggris. Namun ditempat ini, yang akan anda temui hanyalah wujud dari kaum metalhead. Mereka meninggalkan wujud asli mereka dirumah masing-masing. Img Source: Fest300



HELLFEST (Perancis)

Pada pertengahan bulan Juni, tenggara kota Nantes, Perancis, akan dipenuhi lautan hitam yang lalu-lalang saling berdesakan. Mereka adalah kaum penggila musik cadas yang hendak meramaikan salah satu festival metal terbaik di dunia, Hellfest. Berjarak sekitar 400 km dari kota Paris, festival yang juga mempromosikan perbedaan kebudayaan dan seni ini menjadi acara penting yang dianggap sebagai landmark wisatawan di Perancis.

Hellfest mampu meyakinkan sekitar 150.000 metalhead serta seniman dari 70 negara berbeda untuk datang. Meskipun begitu, pada tahun 2010 lalu, Hellfest sempat menuai protes dan aksi blokade dari para pemuka agama dan politikus karena dianggap memproklamirkan isu satanisme. Namun hal tersebut tidak cukup bisa untuk membekukan festival kebanggan metalhead Perancis ini.

Kini Hellfest digadang-gadang sebagai festival musik Perancis kelas berat dunia: menjadi yang terbesar, termegah, serta tentu saja, ter-ekstrim.

Orang Perancis dikenal fashionable dan penyuka busana elegan dengan penampilan dandy dan eksentrik. Namun di Hellfest, anda bisa berbusana tanpa mengikuti aturan mayoritas. Smell a piece of freedom!. Img Source: flickr



WACKEN (Jerman)

Satu-satunya festival dimana tiket untuk setiap petunjukan ludes terjual hanya beberapa saat setelah penjualanya dibuka. Sehingga hanya penggemar yang beruntung saja yang bisa menikmati kemegahan pagelaranya. Festival yang dikelola Thomas Jensen ini kerap menjadi sorotan media baik dari dalam maupun luar negeri, serta rutin diliput dan didokumentasikan oleh pihak pertelevisian.

Metalhead biasa menyebutnya "W:O:A, "Wacken Open Air", atau "holy land" (tanah kudus). Secara simbolis merupakan mekkah-nya musik metal, karena terdapat stereotip jika belum mengunjungi Wacken, maka belum layak disebut metalhead sejati. Tempat "berziarah" dunia musik heavy metal ini terletak di desa Wacken, Schleswig Holstein, yang setiap tahunya disambangi lebih dari 80.000 penggemar heavy metal dari seluruh penjuru dunia.

Interaksi pengunjung yang terdiri dari berbagai usia dan negara kemudian dikemas sebagai pemikat wisatawan asing sekaligus dikembangkan sebagai pemicu indusri kreatif di bidang musik. Uniknya penduduk lokal juga tidak lantas menarik diri. Mereka justru ikut berbaur dengan kaum metalheads yang tumpah ruah dalam jubah hitam. Sebagian menjual minuman beralkohol, yang lain menawarkan sosis panggang atau jasa mengantarkan berkrat-krat bir dengan sepeda. 

Setumpuk sajian fenomenal bernama Wacken menjelma menjadi gelanggang berkumpulnya ratusan ribu orang, meski banyak dari mereka berada dalam keadaan mabuk, namun keadaan tetap kondusif. Wacken adalah pesta bagi semua: teruntuk kaum metalhead,laki-laki dan perempuan desa setempat, remaja, bahkan manula dan anak-anak.

Menurut kanselir Jerman Angela Merkel, kunci agar bisa mudah  beradaptasi di Jerman adalah dengan membaur lewat budaya lokal. Orang Jerman tipikal peminum , namun jangan khawatir, bila anda diajak hang out ke bar, terdapat banyak jenis bir yang tidak beralkohol. Img Source: Wacken Official



Tidak bisa dipungkiri jika dapat menyambangi salah satu festival besar di atas merupakan impian tersier bagi kaum metalhead. Hanya bisa menikmati pagelaranya dari jauh secara virtual saja sudah mampu mengundang decak kagum. Dalam alam imaji kita, mereka melakukan simulasi wall of death, moshing pit, serta surfing bersama walau saling tak mengenal. Berlangsung brutal dan ekstrim, namun tidak pernah ada satupun metalhead yang berusaha menyakiti anda. Bila anda terjatuh, mereka akan mengulurkan tangan dan mengangkat anda tinggi-tinggi, tanpa menghiraukan status sosial dan siapa anda. Berkemah di padang rumput luas bersama komunitas... ratusan bendera berkibar, kaos band metal berbagai nama tumpah ruah ke jalanan hingga membentuk lautan hitam, varietas pembawaan individu dengan segala keunikanya dihargai penuh, dan perdamaian tetap harga mati. Berada diantara mereka pasti akan menjadi memorabilia yang berkesan. Dan mungkin momen dari pertualangan singkat tersebut akan mampu mengubah jalanya hidup kita. (Ang)




Sumber:

Buku PERJALANAN HEADBANGER KE DESA METAL oleh SATRIO A. WIBOWO
DW 
(http://www.dw.com/id/festival-heavy-metal-wacken/g-17823397)
Rioticrecords 
(http://www.rioticrecords.com/news/cerita-dari-wacken-2015-bermimpilah-datang-ke-sana.html)
Dzulfikarsp.blogspot
(http://dzulfikarsp.blogspot.co.id/2013/03/hammersonic-fest-terbesar-di-asia.html)
AllMusicGarage
(http://allmusicgarage.com/?p=1149)
Blabbermouth
(http://www.blabbermouth.net/news/australias-soundwave-festival-officially-canceled/#mwhbL8B82QHZTcrF.99)
Metalsucks
(http://www.metalsucks.net/2013/07/19/the-top-ten-reasons-the-roskilde-festival-is-the-best-festival-ever/)
Robin Malau
(http://www.robinmalau.com/category/download-festival-2013/)
Skiddle
(http://www.skiddle.com/news/all/Virgins-Guide-Download-Festival/25241/)




Pergerakan ORPHANED LAND Lewat Musik untuk Mendamaikan Konflik Abadi ISRAEL - PALESTINA dan TIMUR TENGAH

"Di dalam hutan tiada anggur yang memabukkan. Di dalam hutan tiada yang mempesona... berikan aku seruling dan menyanyilah. Sebab lagu adalah minuman terbaik, dan suara seruling akan tetap abadi.. sekalipun gunung-gunung yang menggemakannya telah lenyap ditelan bumi.." (Kahlil Gibran, penyair keturunan Arab). Musik telah menjadi sebuah piranti yang turun dari langit dengan pesan perdamaian dan persatuan dari band Orphaned Land.

Personil Orphaned Land. Dari kiri ke kanan: Idan Amsalem (Gitar), Chen Balbus (Gitar), Kobi Farhi (Vocal), Matan Shmuely (Drum), dan Uri Zelcha (Bass). Img Source: Encyclopaedia Metallum.

Hingga kini, wilayah Timur Tengah tak henti-hentinya dilanda perang berkepanjangan yang dilandasi politik, agama, mahzab, kekuasaan, sumber daya, dan benturan kepentingan. Sebagian kubu membentuk aliansi politis bertopeng agar kekuatan tetap terjaga, sebagian idiot bergabung ke dalam beragam grup radikal, sedangkan sisanya terkatung-katung tak tentu arah sebagai pengungsi.

Konflik abadi Palestina dan Israel misalnya, yang nyaris tidak bisa didapati titik temu damainya karena permasalahan yang begitu kompleks. Krisis teritorial yang tercipta telah memaksa ke-dua negara untuk saling menebar binasa. Salah satu kubu mengklaim melakukan pembantaian untuk membela diri, sedangkan kubu satunya menciderai dengan dalih untuk menuntut kemerdekaanya. Di saat pembantaian dan kebencian ditebar, sebuah band bernama Orphaned Land justru lebih memilih untuk memainkan alat musik dan menyampaikan pesan damai ketimbang menunggangi mesin tempur ataupun mengangkat senjata.

Orphaned Land merupakan band pengusung genre progressive folk metal-oriental asal Israel yang telah berhasil menyatukan ribuan orang Yahudi dan Muslim di tanah Arab. Meski hubungan buruk Israel dengan dunia Arab dan Muslim telah begitu kronis bagai penyakit yang tidak bisa sembuh, Orphaned Land justru menggalang ribuan penggemar di negara mayoritas Muslim. Sebut saja negara seperti Lebanon, Mesir, Suriah (yang notabenenya adalah musuh bebuyutan Israel), Turki, Indonesia, Yordania, Iran, dan Saudi. Meski faktanya musik Orphaned Land diboikot di negara-negara ini, tapi niat mereka tidak pernah surut untuk menjadi pelopor aliran metal Timur Tengah.

Dengan penuh keberanian mereka menyuarakan kekuatan musik untuk mengubah rival menjadi rekan dengan mendorong kerjasama antar seniman Israel - Arab serta Muslim. Bahkan mereka tidak patah arang untuk berinovasi lantaran pernah dikecam karena dalam lirik lagu mengutip ayat yang ada pada kitab Taurat, Perjanjian Baru dan al-Qur'an. Orphaned Land terus berusaha keras untuk menciptakan relasi antara diri individu dengan kebijaksanaan beragama yang terus terbuka.

"Lewat kombinasi musik metal dan musik tradisional Timur Tengah yang oriental, Orphaned Land telah menumbuhkan kepekaan estetika kawasan. Interaksi dengan globalisasi tidak harus berujung pada hilangnya kebudayaan lokal" (Roi Ben, profesor bidang resolusi konflik di John Jay College of Criminal Justice, New York)


Band yang didirikan di Tikva, Israel, pada 1997 lalu ini tidak pernah sekalipun menulis lagu yang mengandung unsur politik. Kebanyakan lagu mereka bertema tentang persatuan, realita kebajikan kontra kejahatan, masa, agama Abrahamik, serta ketuhanan dan angkara murka. Lirik lagu mereka juga menggunakan tiga bahasa berbeda, Ibrani, Arab dan Inggris, agar pesan dalam bermusik mereka dapat diterima secara global. Selama malang melintang di kancah musik metal, Orphaned Land telah melakukan tur di hampir 40 negara. Menjadi satu-satunya band Israel yang pernah tampil di festival musik kelas dunia seperti Wacken Open Air, Hellfest, dan SummerBreeze. Mereka juga tidak memfokuskan profit dari bermusik untuk memperkaya diri. Kebanyakan album mereka dapat di unduh secara cuma-cuma di negara berbahasa Arab dan Afrika Utara. Tak jarang pendapatan hasil dari penjualan album dan tur didonasikan untuk mereka yang membutuhkan.

Selama berkarir Orphaned land juga telah banyak menggandeng musisi dan seniman Muslim seperti perancang visual grafis asal Yordania, Zen Two. Ia menyuguhkan jasa untuk membuat album art cover pada album berjudul The Never Ending Way of ORwarriOR yang rilis di tahun 2010. Zen membuat sebuah tulisan kaligrafi yang memadukan huruf Ibrani dan Arab. Saat melakukan tur Hellfest festival di Perancis, konser Orphaned Land diiringi oleh penari perut wanita asal Lebanon, Johanna Fakhry. Sedangkan band pembuka yang menjadi pendukung tur berasal dari Tunisia dan Aljazair.


Orphaned Land saat pra-perform di festival musik Hellfest di Nantes, Perancis, Juni 2011. Pada stage, bendera Israel nampak berada disanding bendera Lebanon yang dipegang oleh penari wanita Johanna Fakhry. Pemandangan yang indah terlihat dari crowd: dimana bendera Iran, Suriah, Lebanon, Romania, Portugal, Italia, Spanyol, Chile, Kanada, Finlandia, dan Yunani dilambaikan dengan rasa persatuan. Img Source: Orphaned Land Official/ Nidhal Marzouk.

Setelah tur yang ke-dua di Inggris dan Irlandia, Orphaned Land sempat melakukan kolaborasi bersama band asal Palestina, Khalas. Baik antara Orphaned Land dan Khalas saling mempromosikan perdamaian dan mereka pada dasarnya adalah teman akrab yang sudah saling mengenal semenjak lama. Dua band tersebut tidak hanya berada dalam satu panggung, tapi juga bus dan kamar tempat menginap selama tur Eropa mereka. Lebih dari 800.000 penikmat karya musik mereka saling merangkul dan bersatu padu penuh damai, mengesampingkan perbedaan agama, ras, maupun ideologi. Karena kegigihan band ini, sebuah majalah heavy metal asal Iran, Divan, menjadikan Orphaned Land sebagai headline dan mengulasnya sepanjang delapan halaman. Pada 2010, grup ini juga pernah diberi Anugerah Perdamaian oleh Universitas Perdagangan Istanbul berkat kontribusinya bagi perdamaian.

"Bendera kami mungkin berbeda warna dan arti, tapi di dalam hati kami hanya ada satu bendera yang sama, yakni bendera harapan, persahabatan dan persaudaraan" (Kobi Farhi, Vokalis Orphaned Land)


Berdasarkan sebuah film dokumenter besutan Sammuel Dunn bejudul Global Metal, pada skene Israel dapat dilihat jika langkah penguasa sama sekali tidak terasa untuk menyelesaikan kebencian yang diwariskan secara turun-temurun ini. Politisi terkesan hanya bisa berbicara dan minim aksi: perundingan dan perdebatan yang murni dibungkus politik serta kepentingan. Mereka lalu berpura-pura giat melakukan sesuatu dikala kamera wartawan siap siaga. Kobi Farhi selaku Vokalis Orphaned Land, dalam cuplikan film ini mendeskripsikan jika diversitas budaya di Israel sangatlah rumit. Di tanah halamanya terdapat makam Yahudi yang jaraknya hanya sepelemparan batu dengan gereja dan masjid. Meski begitu Israel adalah satu tempat paling kontroversial di bumi, yang mana orang-orang hanya tahu kabar buruk, seperti perang dan sejenisnya. Sedangkan Kobi berupaya keras untuk menampilkan atau menjadi beberapa jenis berita baik yang datang dari tanah Israel.

Tidak bisa dipungkiri jika perang adalah tragedi kemanusiaan terbesar dalam kehidupan manusia. Dilakukan secara professional dengan dalih apapun, perang tetaplah perang. Tak peduli dipihak yang benar atau salah, tetap saja perang akan memakan jiwa yang tak berdosa. Dan terkadang sebuah perubahan terjadi dengan cara tidak terduga dan didorong oleh orang yang tidak disangka pula. Terlepas dari opini masa, sesuatu yang tidak lazim seperti musik metal tetap punya jalan kebenaranya sendiri untuk bersuara. Semoga Orphaned land tetap terus berkarya dan akan lahir lebih banyak lagi band yang bisa menginspirasi perubahan skala universal demi kebaikan antar sesama. (Ang)

"Musik memang tidak dapat menyelesaikan konflik Arab-Israel, namun musik dapat menjadi inspirasi bagi semua untuk bersatu. Musik dapat memecah hambatan dan mendorong orang untuk saling mendengarkan" (Abed Hathut, Gitaris band heavy metal Palestina, Khalas)



Sumber:
http://www.smh.com.au/entertainment/music/rocking-for-peace-orphaned-land-the-band-that-cant-play-their-biggest-markets-20140314-34rsm.html
http://www.virtualfestivals.com/interview/israeli-band-orphaned-land-no-one-is-right-in-a-war/
Defiance in music: Shoah pledge honored / Associated Press
http://www.jpost.com/Opinion/Op-Ed-Contributors/Heavy-metal-unites-Jews-Muslims-across-Middle-East
http://www.jpost.com/Arts-and-Culture/Music/Orphaned-Land-Heavy-metal-envoys-to-Muslim-world
http://www.metal-archives.com/bands/Orphaned_Land/2309
Edisi koleksi pribadi, film dokumenter Global Metal karya Sammuel Dunn & Scott McFayden

Analisa Lagu AUGUST BURNS RED Berjudul INDONESIA: Sebuah Ode Yang Akan Membukakan Mata dan Pintu Hati Kita

Dilihat dari judul lagunya saja (Indonesia) sudah dapat membuat kita merespon dengan ragam tanya, menimbulkan rasa penasaran, juga keingin-tahuan. Terlebih bila kita menyimak untaian lagunya berikut,

"He sleeps in the mountain of Indonesia, and the white on his flag brings colors to shame" (Ia terlelap di sebuah pegunungan Indonesia, dan sang putih pada benderanya bawakan warna nestapa).


Line up dari band August Burns Red (ABR), dari kiri ke kanan: Benjamin Brubaker (Lead guitar), Dustin Davidson (Bass), Jake Luhrs (Vokal), Brent Rambler (Rhythm guitar), dan Matt Greiner (Drum). Img Source: DeviantArt

Kutipan diatas merupakan penggalan dari syair lagu karya band beraliran progressive metalcore "August Burns Red" (ABR) dengan judul "Indonesia". Band asal Pennsylvania, Amerika, yang dikenal sarat dengan lagu puitis dan citra religius ini bukanya tanpa maksud dalam memberikan nama judul tersebut. Terdapat latar belakang yang mengisahkan seorang tokoh yang berhubungan dengan negara Indonesia dalam pembuatan lagu ini.

Dari informasi yang bersumber dari rubrik majalah Hopecore yang dimuat tahun 2009, tokoh dalam lagu tersebut adalah seorang pilot pesawat non-komersil bernama "David Craig Clapper". Pada tahun 2008, David mengemban misi kemanusiaan di pedalaman Papua, Indonesia, secara sukarela. Ia mewakili organisasi "Associated Mission Aviation" sebagai penerbang pesawat yang bertugas mengantar pasien lokal menuju rumah sakit terdekat. Selain itu ia juga mengantar donasi berupa suplai bahan makanan dan kebutuhan hidup lainya menuju daerah yang sulit diakses transportasi darat.

Tepatnya pada tanggal 9 Agustus 2008, pesawat yang dikendarai oleh David mengalami kecelakaan karena badai dalam perjalanan pulang sesaat setelah mengantarkan seorang pasien. Pesawat jenis Pilatus PC-6 dengan nomor tail PK-RCZ tersebut terhempas menghantam pepohonan yang terletak di pegunungan Teibu, kabupaten Tolikora, Papua. Ayah dari lima orang anak ini ditemukan dua hari kemudian oleh tim SAR RI dengan keadaan tewas bersama serpihan pesawatnya yang hancur.

David telah menjalankan misi kemanusiaan-nya di Indonesia kurang lebih selama 11 tahun lamanya. Sudah lebih dari 70 desa di Papua yang ia jangkau dengan pesawat kecilnya. Sebelumnya ia merupakan warga negara Amerika yang tinggal di Lancaster, tempat dimana band ABR terbentuk. Ia menetap di Indonesia dengan kehidupan sederhana dan tinggal di sebuah desa kecil di Wamena bersama sang istri. Jenazahnya juga dikebumikan di Indonesia dengan sesi upacara pemakaman yang ala kadarnya. Menyedihkanya, menurut berbagai sumber, tragedi yang menimpa David terkesan ditutup-tutupi oleh Pemerintah dan bantuan yang ia berikan secara tulus kurang begitu diapresiasi khalayak umum.

August Burns Red terutama sang drummer, Matt Greiner, tergugah untuk mendedikasikan sebuah karya cipta untuk David atas pertualangan dan pengorbananya di Indonesia. Yang mengejutkan, saat Matt Greiner diwawancarai majalah Metal-Experience, ia mengungkapkan jika David adalah sahabat dekatnya. Setahun kemudian setelah kepergian David, Greiner bersama rekan-rekanya di August Burns Red lantas menulis lagu untuk mengenangnya, yang diberi judul "Indonesia".

Menurut pengakuan Greiner, ia mendapatkan sebuah pertanda sehari sebelum David menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu ia tengah berada di sebuah gereja pada malam hari untuk sembahyang. Tiba-tiba ia merasa gelisah dan terdorong untuk menuliskan sesuatu pada secarik kertas dengan begitu saja. Bunyi dari apa yang ditulisnya tersebut ia bubuhkan dalam bait pertama lagu yang berbunyi, "This plane's going down in flames, and this time there's no black box to capture your last words". Tanpa diduga, pada keesokan harinya ia mendapati berita duka mengenai kematian David. Bagi Grenier, ia mengaitkan firasat yang muncul pada malam itu sebagai pesan profetis yang datang dari Tuhan.

Lagu ini menjadi bagian trek dalam full-length album "Constellations" (2009): salah satu album terbaik ABR yang pernah mereka suguhkan. Pada cover art albumnya tertera beberapa sosok figur tengah berusah payah menarik tali yang mengikat bintang di angkasa. Secara visual, hal tersebut mendeskripsikan manusia yang berjibaku untuk mencari sang Khalik dalam keseharian tatkala bintang merupakan representasi dari Tuhan. Menurut highlight dari seorang reviewer dari majalah "UltimateGuitar" (UG), lagu berjudul "Indonesia" dalam trek album Constellations merupakan lagu yang kedudukanya paling penting bagi band ABR.

Klik untuk memperbesar. Footage foto David Clapper di Papua, Indonesia. Latar background-nya merupakan pesawat PC-6 PK-RCZ yang ia gunakan saat menjalankan tugas kemanusiaan. Img Source: galeri situs AviationSafety.

Lebih jauh, berikut ini adalah lirik lagunya dari terjemahan versi rujukan kamus:

"Pesawat ini hendak terhempas pada nyala api, dan dalam tempo yang sama tiada black box untuk menjaring ucapan terakhirmu. Keadaan dimana kita tak kuasa untuk setitik pun menalarnya. Pengorbanan melunaskan segala sesuatu tentang kita. Kinilah saatnya untuk menundukkan kepala dan menunjukkan belas kasihan kita. Tiada neraca untuk memadankan ini semua: sebagian orang berujar, kiranya merekalah yang mencerca hari ini.


Oh!, bagaimana mungkin, seorang pria melilitkan ingatanya disisi keabadian, tatkala ia bahkan tak mampu jabarkan gubahanya?. Tidakkah engkau menilik jika ia lebih mulia daripada dirimu?. Sang bumi kan menegak perairan dan memuntahkanya, sang awan mengisi kembali samudera. Dengan kerendahan hati dan calar balar.


Pesawat ini binasa dalam nyala api dengan seorang pria yang hidup, yang gugur untuk menaklukkan dunia. David, bersemayamlah dengan tenang.


Ia terlelap di sebuah pegunungan Indonesia, dan sang putih pada benderanya bawakan warna nestapa."


Makna dan pesan literal khusus yang terkandung didalam lirik lagu yang berupa sastra Ode ini sama sekali tidak mendeskripsikan Indonesia secara khusus. Lagu ini sepenuhnya bertema religi, humanisme, heroisme, tragedi dan mengisahkan David sebagai karakter dalam storyline beserta kecelakaan nahas yang menimpanya. "Ia terlelap di sebuah pegunungan Indonesia", bait ini merupakan hiperbola, dengan makna "terlelap" sebagai beristirahat untuk selama-lamanya.

"Sang putih pada benderanya bawakan warna nestapa", sebuah frasa berwujud Ode, dimana warna putih adalah konotasi eksegesis yang bermakna positif. Simbol dari kesucian dan kemurnian yang erat diasosiasikan dengan Tuhan atau ritual keagamaan. "Bendera" adalah representasi dari panji kehidupan, dan setiap individu yang berpijak pada bumi membawa benderanya masing-masing. "Putih pada benderanya" adalah tanda ajakan perdamaian dalam sebuah medan peperangan. Ia meninggal dalam keadaan mulia dan "bawakan warna nestapa" memiliki makna orang terdekatnya merasa berduka atas kepergian David.

"Sang bumi kan menegak perairan dan memuntahkanya, sang awan mengisi kembali samudera", bait ini merujuk kepada siklus alami kehidupan yang paling hakiki. Setiap jengkal pergerakan dari kehidupan akan selalu terdapat musibah yang datangnya tak dapat diprediksi, namun siklus pasti tetap dan akan terus berlanjut. Seperti apapun, rencana Tuhan jauh lebih hebat dibandingkan daya pikir keduniawian manusia.

Dari penjabaran tersebut setidaknya sudah dapat membukakan pandangan kita tentang sebuah ketulusan hati yang inspirasional. Seorang pria datang dari tempat yang nun jauh, walau tanpa sejengkal pun zona nyaman, hidupnya tetap bertujuan. Berjibaku dengan hutan dan pedesaan demi memanusiakan sesama tanpa mengharapkan balas jasa. Ia kemudian pergi menantang badai untuk memetik setangkai bunga surgawi, dan berakhir dalam lantunan elegi iba hati sang ibunda pertiwi.

Teruntuk saudaraku yang ada di Papua dan pernah mendapat uluran tangan David, dengarkanlah lagu ini atau resapi bait disetiap liriknya. Kalian bisa mengenang dan merasakan kehadiranya lewat lagu yang diciptakan sahabatnya ini. Semoga David beristirahat dengan tenang, "RIP David Craig Clapper" (Apr. 6, 1962 - Aug. 9 2008). (Ang Li)




Sumber:
Wacana Hopecore Magazine Juli 09 issue#2
Sesi wawancara Majalah Metal-Experience, Matt Greiner
http://www.ultimateguitar.com/reviews/compact_discs/august_burns_red/constellations
http://support.brethren.org/site/News2?page=NewsArticle&id=5529
http://lancasteronline.com/obituaries/david-craig-clapper/article_15024761-5b74-56fb-9b1e-95beaf4995b2.html
http://aviation-safety.net/wikibase/wiki.php?id=22449

Fleshgod Apocalypse - King (2016) Review

Respon Pendengar: Ini "Masih" Terlau Gila!

Saat komposer musik klasik termasyhur seperti Franz Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van Beethoven melebur menjadi satu suara dengan band death metal ekstrim seperti Morbid Angel, Deicide, Cannibal Corpse, Carcass, dan At the Gates. Mereka semua menyatu ke dalam satu tubuh, satu kesatuan, ke dalam band bernama Fleshgod Apocalypse.

FLESHGOD APOCALYPSE Super Human Drumming - Recording 'KING' - Episode #1  - Franseco Paoli (OFFICIAL TRAILER). Img Source: Nuclearblast.

Layaknya menunggu tokoh antagonis untuk masuk palagan perang demi menebar badai, mungkin seperti itulah gambaran antusiasme penggemar Fleshgod Apocalypse untuk album King. Album baru dari band "gila" yang saat ini diklaim menjadi penguasa jagad death metal Italia ini dinilai lebih tekhnikal dibanding album mereka yang sebelumnya. Fusi unik dari musik simfoni klasik era Rennaisance yang sepenuhnya operatik dipadukan death metal yang powerful, agresif dan progresif telah mengukuhkan kejeniusan Fleshgod Apocalypse dalam bermusik. Kinerja serta upaya luar biasa yang mereka torehkan untuk menerjang garis pembatas dalam musik tentunya selalu ingin bisa dirasakan penggemar mereka, khususnya pada album ini.

Album King yang rilis via lebel Nuclear Blast Records pada 5 Februari lalu ini berisikan 2 CD dengan trek kesuluruhan berjumlah 22 lagu. Kesetiap permainan dari variasi instrumen yang ada memiliki ruang untuk bernafas, sehingga elemen suara orkestra yang dihasilkan pun sangat kaya. Dan yang paling menjadi daya tarik adalah gebukan drum Franseco Paoli dengan double bass dan blast beat groove ekstrim-nya yang super cepat. Ragam melodi piano klasikal yang dikomposeri oleh Fransesco Ferrini juga tetap menciptakan ruang bagi sang gitaris Tommaso Ricardi dan Cristiano Trionfera untuk memecah riff-riff yang ganas.

Salah satu hal yang menempatkan Fleshgod Apocalypse pada jajaran band death metal top adalah keberhasilan mereka dalam menyelaraskan gitar dan orkestra menjadi padu dan saling menyeimbangkan. Pada dasarnya musik klasik dan death metal adalah sesuatu yang kontras dan nyaris mustahil untuk disatukan dalam satu harmoni musik. Namun band asal Italia ini telah melenyapkan sejengkal keraguan untuk menerobos batas demi menuju level atas.

Vokalis sekaligus frontman mereka, Tommaso Ricardi, menyatakan jika King adalah sebuah album konsep. Ia mendeskripsikan cerita dibalik kesatuan liriknya sebagai "sebuah dunia tua yang perlahan menuju kepada kesudahan. Dan nihilisme yang kaitanya dengan perasaaan sentimental secara pasti disuguhkan lewat album ini:"sebagaimana album King yang melankolia, kelam, dan sensasinya yang jahat."

Sebagai tambahan, pada bagian art cover album King didesain oleh seorang seniman kontemporer bernama Eliran Kantor. Jasanya juga pernah digunakan oleh band besar seperti Testament, Iced Earth, Kataklysm, dan Hatebreed. Ia merepresentasikan konsep gambar covernya sebagai "Pendirian terakhir akan sebuah integritas dan keadilan di sebuah kastil yang diduduki pendurka, penjahat, perusak, parasit, dan pelacur". Ia juga menegaskan jika background dari karyanya adalah sebuah monarki pada era abad pertengahan. Adapun pesan yang ingin diutarakan cover art-nya dalam relasinya terhadap album King adalah "kita harus merasakan pentingnya kegusaran akan hilangnya nilai moral yang tiada akhir, terhinanya kaum medioker dan takhayul yang diperjual-belikan."

Dalam proses penggarapan sekaligus rekaman album King, Fleshgod Apocalypse mengambil tempat di Cellar Studio, Roma, Italia. Sedangkan untuk penyempurnaan dan masteriasasinya digarap oleh Jens Bogren di Fascination Street Studio, Swedia.

Album Art Cover by a Contemporary Artist Eliran Kantor. Img Source: Metalsucks

Ulasan Singkat Beberapa Trek Pada Album King

Fleshgod Apocalypse lewat album King telah menyuguhkan sebuah tekhnik penulisan lagu asimetris, yang mana dapat dirasakan lewat lagu kedua setelah intro yang berjudul "In Aeternum". Beberapa lagunya memiliki struktur format yang mudah dikenali, tersusun dari sajak - Pre-chorus - chorus - bridge - dan collision. Dengan gaya permainanya yang "ugal-ugalan", mereka tetap mencoba untuk tidak menyimpang jauh dari fondasi musik yang universal.

Dengan penambahan suara perkusi layaknya lagu marching band gaya militer tradisional—lewat pukulan drum cepat dan horn blasts pada bagian simfoninya—dibagian inilah Fleshgod Apocalypse menepati janjinya yang hendak mengkaryakan sebuah musik yang terasa dahsyat kepada penggemar setia mereka.

Lagu selanjutnya adalah "The Fool", yang menjadi lagu terbaik dalam album King menurut jejak pendapat di forum-forum diskusi musik metal. Sebelum diperdengarkan kebrutalan yang dinamis, pendengar terlebih dahulu dimanjakan dengan intro suara harpsichord klasik.

Setelah dua lagu yang menggebrak lalu dilanjutkan dengan lagu yang beratmosfir tenang dan pelan berjudul "Paramour (Die Leidenschaft Bringht Leiden)". Lagu ini merupakan opera yang didominasi vokalis solo dengan beberapa permainan kecil instrumen piano. Veronica Bordacchini masih menjadi female singer & backing vocal untuk berpartisipasi secara keseluruhan dalam proses rekaman, maupun saat live perform. 


Lewat beberapa trek tersebut, bisa dikatakan jika Fleshgod Apocalypse masih berambisi besar dalam berkarya secara konsisten dan repetitif. Album full-length mereka yang ke-4 ini sekiranya menjadi sebuah evolusi natural  di tahun 2016. Mereka lebih memfokuskan pada kedalaman peleburan genre dengan sentuhan sinematik, sebagaimana yang diungkapkan gitaris mereka, Tommaso Ricardi. Hal tersebut menjadikan mereka mendulang inspirasi lebih dari ragam instrumen orkestral yang hendak dibawakan. Seniman yang tidak takut untuk memposisikan diri sebagai pembeda akan bisa mengkreasikan sesuatu yang luar biasa, walau kadang sebagian orang memandangnya sebagai sesuatu yang gila.

Bagi kita kebanyakan tanpa memandang apa genre musiknya, tentunya sulit membayangkan bagaimana mungkin musik klasik dan musik ekstrim bisa dipadukan. Bagaimana cara kita menikmatinya?, memejamkan mata dengan tubuh rileks layaknya mendengar musik klasik, atau headbanging dengan brutal gaya khas death metal?. Baiklah, apapun jawabanya benar selagi itu ideal dan bermanfaat bagi anda. Jangan lupa untuk berusaha membeli album yang original demi menghargai penciptanya. (Ang Li)



Sumber:
www.blabbermouth.net/news/fleshgod-apocalypse-king-album-artwork-unveiled/
http://www.nocleansinging.com/2016/01/18/fleshgod-apocalypse-king/
http://www.metalsucks.net/2016/02/04/album-review-fleshgod-apocalypses-king/
Nuclearblast.de